Ia adalah pagi yang dingin di pertengahan bulan Mei yang kering.
Seharusnya bulan Mei adalah bulan paling kering di Sabah kerana pada ketika ini kaum KadazanDusun akan meraikan musim menuai padi. Tapi mungkin saja gejala pencemaran alam telah memutuskan rantaian itu hingga menyebabkan bumi merasa bingung lalu menumpahkan kedinginannya pada saat ia tidak sepatutnya ada. Kedinginan yang datang tidak diduga itu, dan sesungguhnya memang sangat tiba-tiba sekali, telah menjadikan pagiku tidak sesempurna seperti biasa. Ia telah menjadikan aku malas untuk bangkit dari tilam hingga aku terlambat bangun pagi. Konsekuensinya, tentu saja aku terlambat ke sekolah. Aku jadi kelam-kabut menyediakan itu dan ini yang seharusnya sudah kubenahi dari semalam. Rasa panik mulai mencengkam apalagi kalau Umi sudah mulai menambah beban perasaan itu dengan leteran-leteran para ibu yang dialognya kukira sama saja di seluruh dunia.